Minggu, 09 Desember 2012

Stem sel, Keajaiban Sebatang Sel Induk





Ketika sebuah penyakit tidak kunjung dapat disembuhkan, maka kemajuan teknologi membawa secercah harapan bagi penderita juga bagi dunia ilmu pengetahuan. Dengan stem sel, salah satunya asa itu tertanam.

Penemuan teknologi stem sel sungguh suatu terobosan luar biasa di dunia kedokteran. Betapa tidak. Dengan sebuah sel inti, penyakit yang tidak bisa disembuhkan seperti Parkinson, Alzheimer, suatu saat mungkin bukan lagi menjadi penyakit yang sulit diatasi.
Terapi stem sel secara revolusioner membuka peluang untuk memperbaiki kerusakan pada bagin tubuh dengan menggunakan sel sehat baru dengan cara transplantasi stem sel.

Transplantasi sel bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sel baru dan sehat pada pasien dan untuk membuat pengganti sel-sel tertentu yang mengalami kerusakan untuk kemudian digunakan untuk transplantasi. Salah satu keuntungan transplantasi stem sel adalah tidak diperlukan donor tertentu yang memiliki kesesuaian untuk dilakukan transplantasi.

Beberapa penyakit yang memiliki potensi untuk dilakukan terapi stem sel misalnya terkait dengan darah, peyakit leukemia dan sickle cell anemia. Lalu yang berhubungan dengan saraf seperti Parkinson, stroke, dan alzheimer. Penyakit lain adalah infark myokard akut, diabetes melitus, distrofi muskular, sirosis hati, gangguan saraf tulang belakang, artritis, osteoporosis hingga luka bakar. 

Stem sel memang memiliki karakteristik istimewa hingga bisa digunakan sebagai ‘solusi’ untuk penyakit yang hingga kini tidak dapat disembuhkan. Stem sel, atau sel tunas/sel induk,  mempunyai sifat dapat membelah dan memperbaharui diri sendiri. Yang terutama, stem sel memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai tipe sel dewasa seperti sel saraf, jantung, pankreas, dan sebagainya.


Dari Totipotent hingga Unipotent

Stem sel dapat diklasifikasikan menjadi stem sel totipotent, pluripotent, multipotent, dan unipotent. Stem sel totipotent dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel yang dibentuk saat sel telur dan sperma bersatu. Stem sel tipe ini dapat berdiferensiasi menjadi tipe sel embrionik dan ekstraembrionik.

Pluripotent stem sel merupakan turunan dari totipotent sel dan berdiferensiasi menjadi sel-sel yang tergolong dalam 3 tipe jaringan utama, yaitu jaringan endoderm seperti paru, saluran gastro intestinal, dan perut bagian dalam. Jaringan mesoderm misalnya otot, tulang, darah, dan urogenital, dan jaringan ektoderm misalnya jaringan epidermal dan sistem saraf.

Multipotent stem sel, hanya dapat memproduksi sel yang berada dalam satu kelompok sel, misalnya stem sel hematopoeietik berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih, atau platelet. Tipe stem sel terakhir yaitu unipotent stem sel yang menghasilkan hanya satu tipe sel, namun memiliki kemampuan untuk memperbaharui diri sendiri yang membedakannya dari non stem-sel. Contoh unipotent sel adalah sel spermatogenik.

‘Ladang’ stem sel

Nah, yang terpenting adalah dari mana sumber stem sel ini. Beberapa stem sel dapat ditemukan pada sel yang sudah terdiferensiasi di jaringan-jaringan tertentu dan kebanyakan adalah sel multipotent. Stem sel yang didapat dari sumber ini disebut adult stem sel.

Dr. Michael Klentze, MD, PhD dalam acara Anti-Aging di Bali September lalu menyatakan adult stem sel juga tepat dikatakan stem sel somatik karena stem sel ini tidak harus diambil dari orang dewasa tetapi juga dari anak-anak atau umbilical cord (tali pusar). “Hanya ada sedikit stem sel pada tiap jaringan, dan diduga menetap di area tertentu dalam tiap jaringan dalam keadaan ‘tidak terdiferensiasi’ bertahun-tahun hingga teraktifkan oleh penyakit atau luka jaringan,” ujar Klentze. 

Stem sel yang diturunkan dari darah plasenta dan tali pusat pasca melahirkan dikumpulkan dari vena umbilical kemudian segera dianalisis terhadap kemungkinan infeksi dan ditentukan jenis jaringannya. Darah kemudian diproses sebelum disimpan di nitrogen cair untuk dipergunakan kemudian hari. Stem sel jenis ini telah digunakan sejak tahun 1988  untuk terapi penyakit Gunther, sindrom Hurter, acute lymphocytic leukemia dan beberapa penyakit lain terutama pada anak-anak.

Sumber stem sel lain adalah embrionik stem sel yang merupakan kultur sel yang didapat dari embrio tahap awal atau disebut juga blastokist, yaitu embrio yang terdiri dari 50 hingga 150 sel. “Penelitian menggunakan stem sel embrio menjadi puncak teknologi stem sel, karena tidak seperti sel somatik, stem sel embronik adalah pluripotent,” ujar Klentze. Stem sel embrionik dapat tumbuh menjadi berbagai tipe sel di dalam tubuh, kecuali sel telur dan sperma.

Dengan kemampuannya, stem sel embrionik merupakan jenis yang paling fleksibel untuk digunakan. Namun, penelitian stem sel jenis ini menghadapi banyak kendala. “Penelitian stem sel embrionik manusia dianggap melanggar batas etika karena untuk memulai membuat line stem sel, maka biasanya akan mengorbankan embrio manusia,” kata Medical Director Klentze Institute Munich Jerman. Bahkan, karena alasan tersebut, di Amerika, Presiden Bush mem-veto penggunaan dana federal untuk penelitian ini.(ika)

--
Perjalanan ‘Bakal Makhluk Hidup’
Pada tikus, penelitian stem sel bermula pada taun 1981. Pada akhirnya, penelitian untuk menurunkan stem sel dari embrio manusia berawal tahun 1998. Pada akhirnya, penelitian stem sel dari embyo manusia memicu banyak pro kontra terkait masalah etika, bahwa penggunaan stem sel yang berasal dari embrio harus mengorbankan embrio tersebut.
1981 : Stem sel yang berasal embrio pertama kali diisolasi oleh dua kelompok : Gail Martin di University of California, San Fransisco, dan Martin Evans, University of Cambridge.
November 1995 : Peneliti di University of Winconsin mengisolasi stem sel embrio primata pertama, monyet rhesus macaque. Hasil penelitian menunjukkan adalah mungkin untuk menurunkan stem sel embrio dari primata, termasuk manusia.
Januari 1998 : Ilmuwan dan enterpreneur Richard Seed mengumumkan rencana untuk membuka klinik kloning manusia. Klinik tersebut akan menawarkan pasangan yang tidak subur untuk mengkloning diri mereka jika tidak ada terapi medik yang dapat dilakukan untuk mendapatkan anak. Rencana Seed tidak pernah menjadi kenyataan, namun pengumuman itu memicu debat mengenai kloning manusia.
5 November 1998 :  Peneliti di University of Wisconsin dan John Hopkins University melaporkan stem sel yang diisolasi dari embrio manusia. Sel tersebut memiliki potensi untuk tumbuh menjadi berbagi tipe sel dalam tubuh dan dapat digunakan untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Namun prosesnya kontroversial : Tim pertama menurunkan stem sel dari jaringan fetus yang teraborsi, tim yang lain dari embrio yang dihasilkan di laboratorium yang berasal dari pasangan yang menjalani in vitro fertilization.
23 Agustus 2000 : The National Institutes of Health mengeluarkan panduan yang memungkinkan badan federal Amerika membiayai penelitian stem sel embrio. Mantan Presiden Bill Clinton mendukung panduan ini.
Febuari 2001 : Presiden George W. Bush meminta untuk mengkaji ulang panduan NIH dan menunda dana federal yang digunakan untuk penelitian stem sel.
18 Juli 2001 : Senator Bill Frist dan Senator Orrin Hatch, yang merupakan kelompok anti aborsi, menyetujui pembatasan dana federal untuk penelitian stem sel.
9 Agustus 2001 : Presiden Bush mengeluarkan keputusan bahwa dana federal hanya dapat digunakan untuk penelitian stem sel embrio yang telah tersedia, dari sumber yang tertinggal di klinik fertilisasi.
25 November 2001 : Ilmuwan di Advanced Cell Technology di Massachusetts mengklaim telah mengkloning embrio manusia. Namun, pembuktiannya kontroversial dan tidak konklusif
12 Februari 2004 : Ilmuwan Korea Selatan yang diketuai oleh Hwang Woo Suk mengumumkan kloning embrio pertama di dunia. Tidak seperti klaim kloning sebelumnya, para ilmuwan ini melaporkan hasil kerja mereka di jurnal yang prestisius, peer-review, Science. Embrio dikloning bukan untuk tujuan reproduksi tapi sebagai sumber stem sel. Berita tersebut membuka kembali pertentangan tentang transfer inti sel somatik. Ilmuwan mengatakan kloning menawarkan cara yang unik untuk meproduksi sel yang suatu saat bisa digunakan untuk terapi penyakit. Namun pihak yang mengkritik beragumen bahwa kloning dalam bentuk apapun tidak sesuai dengan nilai moral dan harus dilarang.
19 Mei 2005 : Ilmuwan yang sama dari Korea Selatan ini, yang melaporkan telah mengkloning embrio manusia tahun 2004, mengumumkan bahwa mereka telah membuat proses yang menggunakan sel telur manusia yang jauh lebih sedikit untuk memproduksi stem sel embrio – sebuah lompatan produksi massal yang dipublikasikan di Science.
19 September 2005 : Ilmuwan di California melaporkan bahwa menyuntikkan stem sel saraf dapat memperbaiki spinal cord tikus. Terapi sedikitnya membantu tikus lumpuh untuk dapat berjalan kembali.
11 November 2005 : Peneliti University of Pittsburgh Gerald Schatten memperingatkan editorScience bahwa terdapat kemungkinan kesalahan dalam paper ilmuwan Korea Selatan bulan Februari 2004. Dalam paper tersebut, ilmuwan Korea mengklaim mereka telah membuat stem sel line dari kloning embrio manusia. Schatten mengatakan bahwa beberapa donor sel telur dalam penelitian itu telah dibayar.
15 Desember 2005 : Ilmuwan Korea Selatan, mengakui adanya kesalahan yang serius dalam papernya di tahun 2005 dan meminta Science untuk menarik kembali jurnal tersebut.
29 Desember 2005 : Investigasi Seoul National University menyimpulkan data penelitian tim Hwang yang dipublikasikan Science adalah palsu.
12 Januari 2006 : Jurnal Science secara formal menarik dua artikel Hwang.

7 Juni 2006 : Harvard mengumumkan program multimillion-dollar untuk membuat kloning embrio manusia sebagai sumber menjanjikan stem sel.

18 Juli 2006 : Presiden Bush melarang aliran dana federal untuk membiayai penelitian stem sel embrio.  

Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi November 2006 , Halaman: 52 (4531 hits)

Tidak ada komentar: